Interior rumah tinggal Mesir Kuno
Di Mesir Kuno ditemukan bukti peninggalan berupa gambar-gambar, hasil dari penggalian situs-situs kuno dan makam-makam. Di area tersebut ditemukan evolusi mengenai karakteristik ruang dari setiap periodenya. Bukti gambar itu dapat ditemukan pada lukisan dinding pada makam yang memberikan informasi mengenai cerita tentang kehidupan sehari-hari termasuk penggunaan ruang. Dari penemuan ini dapat diketahui perbedaan status sosial juga. Sedangkan barang tembikar banyak memberikan informasi mengenai eksterior arsitektural yang berpengaruh pada bagian dalam ruang.
Interior
Perancangan bagian dalam sebuah ruang di atur berdasarkan hierarki penduduk. Hal ini terlihat jelas dalam penggunaan material, teknik konstruksi, dan proses-proses menghias. Tempat tinggal rumah seorang perajin menggunakan teknik konstruksi dan material untuk atap dan langit-langit dengan menggunakan lumpur. Setelah diplester pada bagian permukaannya kemudian di hias. Yang di maksud dengan proses menghias adalah mengaplikasikan warna pada hiasan atau motif yang telah dibuat. Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor pemicu dalam membuat hiasan. Semakin tinggi tingkat sosial ekonominya maka semakin indah hiasan di rumah tinggalnya.
Material dan teknik dekoratif
Material yang diperguanakan oleh masyarakat Mesir kuno dalam membuat perabotan adalah jenis kayu yang dipakai adalah akasia, maple, tamarisk (semacam pohon perdu), cypress (sejenis cemara), eboni, dll. Material lainnya adalah batu, gading gajah, logam mulia dengan teknik inlay (contohnya ornamen yang terbuat dari emas ditempelkan ke furniture).
Elemen-elemen Interior
Contoh bagian dalam rumah tinggal yang akan dipelajari adalah rumah tinggal dari tokoh yang dipentingkan dan dianggap memiliki status yang tertinggi.
Lantai
Permukaan lantai menggunakan berbagai macam material. Material yang digunakan berasal dari sungai Nil kadang-kadang campuran dari sejenis gypsum. Batu bata atau plester terbuat dari lumpur yang dihasilkan dari lembah sungai Nil.
Kadang-kadang adukan dari cairan beton gips dituangkan agar menjadi batu yang juga kerap digunakan untuk lantai kamar mandi. Saat itu juga ditemukan campuran logam yang terbuat dari perak dan emas, yang digunakan untuk sepuhan. Di dalam istana-istana, kadang-kadang lantai juga diberi hiasan. Tema-tema menghias adalah sering digunakan berdasarkan inspirasi kehidupan hewan dan tumbuhan yang berasal dari lingkungan sekitarnya.
Dinding
Anak sungai banyak menghasilkan bebatuan dan keramik glasir yang digunakan untuk dinding. Keramik glasir juga digunakan pada dinasti ke III (2778-2723 SM) sebagai dinding, tetapi pada kerajaan baru (1580-1085 SM) menjadi lebih luas penggunaannya di istana-istana.
Salah satu dinding yang akan kita bahas adalah dinding makam. Dinding ruang makam diberi hiasa ”skrafito”, seolah-olah torehan yang dibuat di atas dinding batu itu dibuat di atas dinding tanah liat. Gambar-gambar yang terdapat pada dinding makam dilengkapi dengan keterangan berupa tulisan Hieroglyph. Seolah-olah dinding makam perupakan tempat untuk mengkomunikasikan peristiwa –peristiwa penting dalam kenegaraan atau kejadian lainnya agar menjadi perhatian khalayak di masa yang akan datang.
Dinding makam banyak dihiasi oleh lukisan dinding yang menggambarkan kemakmuran kehidupan. Penangkapan ikan, perburuan, upacara religius.
Sedangkan pada dinding kuil kerap dihiasi oleh relief. Relief merupakan pemahatan di atass permukaan yang datar.
Relief Mesir dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Relief dalam, yaitu mencungkil garis luar dari bentuk gambar.
2. Relief rendah, yaitu bagian gambar dicukil atau di dalamkan, bagian di luar gambar tetap tinggi.
Relief Mesir juga diberi warna dengan cerita yang dilengkapi dengan tulisan Mesir Kuno. Isi cerita menggambarkan kisah religius, kehidupan sehari-hari. Bentuk-bentuk manusia dalam pembuatan relief dibuat datar dan belum mengenal perspektif. Muka kelihatan dari samping, badan dari depan, kaki tampak samping. Material untuk dinding dan plaster terbuat dari lumpur.
Pintu dan jendela
Tiang-tiang penyangga dekat jendela atau pintu membentuk satu karakter yang khas. Tiang penyangga dari lintel memberikan perawatan yang sederhana. Teknik-teknik berhubungan dengan ornamen pada ambang pintu/jendela dan kusen pintu dibuat dengan cara menatah atau memberi hiasan dengan zat pigmen, dan diukir. Disain-disain relief; seringkali di beri aksen cat emas. Emas dan tembikar glasir bening digunakan sebagai bagian dari material yang dipergunakan. walaupun dengan cara menatah, pekerjaan membuat relief juga dapat dikerjakan di lantai. Secara simbolis, warna emas untuk menyimbolkan para dewa dan firaun. Lempengan tembaga juga kerap digunakan untuk menjadi bagian dari ornamen jendela atau pintu yang pintu terbuat dari kayu pohon cedar. Salah satu gambar interior pada rumah tinggal dapat di link disini: Gambar Interior rumah tinggal di periode Mesir Kuno Warna yang dipergunakan untuk interior orang Mesir adalah warna-warna yang kuat sebagai contoh, biru , merah, dan kuning. Merah terang adalah warna sering digunakan untuk kusen pintu, daun pintu/jendela, dan kolom-kolom.
Ceiling
Bagian ceiling disangga oleh kolom-kolom kayu yang dipergunakan pada beberapa ruangan bagian dalam seperti bagian entrance dan aula. Bagian kepala tiang menjadi daya tarik visual sekaligus berfungsi sebagai penopang ceiling.
Setiap kolom terdiri atas bagian dasar, batang dan kapital/kepala tiang. Material kolom terbuat dari kayu, sedangkan kolom yang besar materialnya terbuat dari batu. Bagian atas kolom dilapisi oleh satu bidang datar yang berfungsi sebagai transisi pada bagian struktur horisontal atas.
Tumbuhan yang ada di lembah sungai Nil merupakan inspirasi desain dari kolom-kolom. Tumbuhan yang dianggap memberi inspirasi desain adalah bunga teratai dan lontar, sedangkan tumbuhan yang memberikan inspirasi bagi perkembangan arsitektur adalah tumbuhan yang berbentuk mirip dengan telapak tangan. Bagian potongan melintang dari sebuah tiang berasal dari inspirasi seikat alang alang.
Bagian dari tiang terdiri atas 1 rangkaian flute berupa jalur-jalur ke arah vertikal. Kemudian gambar yang berupa batang lontar yang memiliki potongan melintang berbentuk segitiga merupakan inspirasi dari potongan melintang batang lontar. Sedangkan bagian ketiga merapakan lingkaran khas dari banyak batang tunggal. Secara khas, dilekukkan dekat dasar, walaupun bentuk batang yang utama adalah silindris di bagian luarnya. Bagian kapitel dirancang secara konvensional berdasarkan dari inspirasi bunga atau tunas bunga teratai (simbol dari Upper Egypt), daun palem berbentuk telapak tangan, sedangkan lontar bertunas atau bunga (simbol dari Lower Egypt).
Bentuknya dapat dilink disini: Tiang-tiang pada periode Mesir Kuno.pdf
Demikian paparan bagaimana Mesir kuno memanfaatkan alam sebagai sumber inspirasi dalam desain.
Referensi:
Pandanwangi, Ariesa. 2009. Diktat mata kuliah SDIA untuk lingkungan sendiri. Bandung.